Alasan Musik Pop Disukai Banyak Orang

Alasan Musik Pop Disukai Banyak Orang – Seiring perkembangannya, musik selalu mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan jaman. Musik yang awalnya hanya digunakan untuk upacara kepercayaan, sekarang telah berkembang menjadi suatu hiburan yang bisa dinikmati oleh banyak orang bahkan bisa digunakan sebagai terapi. Sekarang dimanapun, kapanpun, musik bisa dinikmati. Bahkan telah menjadi kebutuhan.

Banyak genre musik yang kita ketahui, namun di antara semua genre tersebut genre musik pop lah yang paling digemari oleh masyarakat awam. Musik pop  sekarang ini pun masih menjadi genre musik favorit masyarakat luas, seperti lagu Tentang Cinta yang dibawakan oleh Raisa, Penantian Berharga oleh Rizky Febrian merupakan dua musik pop terbaru yang menempati chart dua teratas untuk tahun ini. Selain musik pop yang berada di dalam negeri, musik pop dari barat juga saat ini sangat digandrungi banyak orang. idn slot

Alasan Musik Pop Disukai Banyak Orang

Seringkali kita mendengarkan banyak lagu pop dan menyukainya, tetapi apa kita sudah tahu musik pop itu apa? Pop bisa dibilang sebagai aliran musik yang peka terhadap perkembangan zaman. Bahkan para penyanyi lagu pop juga rajin berinovasi melalui alat-alat musik terbaru. Tengok saja para penyanyi yang melanggengkan musik pop menjadi semakin kreatif dan unik, ada Isyana Sarasvati, Taylor Swift, Ariana Grande, Tulus, Afgan serta masih banyak lagi. Pop diambil dari kata “populer”. Musik ini banyak diketahui orang. Jadi sebenarnya jangkauan musik pop itu luas. Dan yang terpenting adalah bisa diterima banyak kalangan. Tak melulu harus bertempo pelan, beberapa inovasi musik pop juga menghasilkan beat kencang dan keras lho. Tapi entah kenapa tetap enak bisa didengar di telinga. www.benchwarmerscoffee.com

Ada banyak definisi tentang musik pop dan banyak penjelasan yang berubah-ubah seiring zaman. Ketidakjelasan definisi ini wajar, karena sebetulnya musik pop bukanlah sebuah genre, namun lebih menyerupai cita rasa masyarakat yang tentatif.

Dan pada dasarnya, musik pop adalah sebutan untuk lagu-lagu yang memiliki daya tarik massa dalam periode waktu tertentu. Jika kamu bertanya pada teman-temanmu (atau bahkan pada diri sendiri), pasti nggak sedikit dari mereka yang mengaku sebagai penggemar lagu pop. Musik bergenre pop dari dulu memang tak pernah sepi peminat. Ciri khas musiknya yang enak didengar membuatnya dicintai banyak orang.

Namun, apa sih yang membuat musik pop mudah disukai oleh banyak orang? Menurut para ilmuwan, jawaban ini bisa dijelaskan secara ilmiah. Dari sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Current Biology, bisa diketahui bahwa lagu-lagu pop disukai khalayak lantaran menggabungkan unsur-unsur ketidakpastian dan kejutan.

Kesimpulan tersebut didapatkan oleh para peneliti, setelah menganalisis 80.000 akor (chord) pada 745 lagu pop. Lagu-lagu ini terbukti populer pada masanya dan pernah nongkrong dalam chart Billboard Amerika Serikat, seperti “Country Road” dari James Country, UB40 dengan “Red, Red Wine”, dan The Beatles dengan “Ob-La-Di, Ob-La-Da”.

Alasan Musik Pop Disukai Banyak Orang

Dalam proses analisisnya, tim peneliti melucuti melodi dan ritme dalam lagu-lagu tersebut, dan hanya menyisakan akor. Kemudian, mereka meminta 39 sukarelawan untuk mendengarkan 1.039 akor dari 745 lagu pop, untuk dinilai “seberapa enak?” saat didengar. Dalam percobaan terpisah, tim peneliti juga meminta 40 orang lainnya untuk mendengarkan akor-akor yang sama, dalam keadaan otak mereka diamati langsung oleh pemindai khusus.

Dari eksperimen itu kemudian terungkap, lagu-lagu pop rupanya “menyalakan” amigdala, hipokampus, dan korteks audio. Bagian-bagian pada otak ini membantu kita memproses emosi, belajar, mendapatkan kenangan dalam ingatan, dan memproses suara. Sementara nucleus accumbens, bagian otak yang berkaitan dengan kenikmatan mendengarkan musik, juga turut “menyala” atau “diaktifkan” ketika para sukarelawan mendengarkan kejutan dalam lagu-lagu pop.

Para peneliti pun menyimpulkan bahwa kita cenderung menikmati lagu ketika kita sebetulnya telah mengantisipasi akor tertentu, tetapi dikejutkan oleh akor lainnya. Dan kenikmatan ini juga terjadi saat kita tidak yakin akan “akor apa yang akan muncul?”, tetapi malah mendapati akor yang seharusnya mudah diprediksi.

“Oleh karena itulah musik dapat menimbulkan kesenangan, dengan mendorong pendengar agar terus menduga dan menentukan perkiraan akan akor selama lagu diputar dalam waktu tertentu,” ungkap para peneliti, dilansir Newsweek.

Bagaimanapun, Vincent Cheung, ahli kognitif manusia dan ilmu otak dari Institute Max Planck, Jerman, mengatakan bahwa dia tidak menduga nucleus accumbens turut terkait dengan kenikmatan dalam mendengarkan musik pop. Sebab bagian otak ini biasanya hanya menyala ketika pendengar mendapatkan nuansa “ketidakpastian” di dalam musik, tetapi bukan untuk unsur kejutan.

Dari hasil penelitian tersebut, Cheung percaya, mulai saat ini kita dapat lebih memahami banyak hal dari musik. “Kami pikir ada potensi besar dalam menggabungkan permodelan komputasi dan pencitraan otak untuk lebih memahami, tidak hanya mengapa kami menikmati musik, tetapi juga apa artinya menjadi manusia,” katanya.

Cheung pun membayangkan beragam penemuan terhadap musik akan muncul dalam berbagai cara, mulai dari menciptakan musik dengan kecerdasan buatan, membantu penulis lagu dalam menulis musik, meningkatkan algoritma dan saran musik yang dipersonalisasi, dan bahkan memprediksi tren musik yang akan datang.

“Penelitian otak di masa depan juga dapat mempertimbangkan peran ekspektasi dalam apresiasi kita terhadap bentuk seni lain, seperti humor, film, dan tarian,” tutup Cheung.

Musik pop menjadi salah satu genre yang selalu hadir di tiap generasi. Tapi, enggak semua generasi sepakat kapan masa kejayaan dari musik pop.

Musik pop menjadi salah satu genre yang selalu hadir di tiap generasi. Tapi, enggak semua generasi sepakat kapan masa kejayaan dari musik pop.

Mengutip dari studi yang diunggah ke laman Plos One, penelitian ini dibagi ke dalam tiga fase. Pertama apakah responden mengenal lagu-lagu dari era sekarang, ke-2 adalah lagu-lagu dari era ’60-an sampai ’90-an, dan ke-3 adalah lagu-lagu dari tahun ’40-an sampai ’50-an.

Total responden yang terlibat ada 643 orang, yang 88 persennya berusia 18-25 tahun. Peneliti lalu memperdengarkan tujuh lagu beraliran musik pop yang dipilih secara acak kepada tiap responden, dan menanyakan apakah mereka mengenali lagu tersebut.

Lagu-lagu yang dipilih pernah menduduki posisi teratas di tangga lagu Billboard Top 100 antara 1940-1957, dan Billboard Hot 100 antara 1958-2015. Lalu, peneliti memilih dua lagu teratas di tiap tahunnya, hingga total yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 152 lagu.

Dari jawaban para responden, ternyata lagu-lagu dari 1960-an lebih memorable dibandingkan lagu pop dari 2000-2015. Mulai dari ‘When A Man Loves A Woman’ dari Percy Sledge, ‘The Tide Is High’ dari Blondie, dan ‘Baby Come Back’ dari Player.

“Tahun ’60-an sampai ’90-an dianggap sebagai masa kejayaan musik pop. Bahkan bagi para milenial,” kata Pascal Wallisch, ketua peneliti.

Kini, setelah masa kejayaan musik pop terbukti secara saintifik, marilah kita kembali mendengarkan lagu-lagu dari The Beatles.